8 Aksi Adaptasi Perubahan Iklim

1) Penerapan Pertanian Adaptif

Salah satu sektor yang paling rentan terhadap perubahan iklim adalah sektor pertanian. Tidak menentunya hujan, kemarau yang berkepanjangan, mampu menurunkan produktivitas pertanian, bahkan hingga terjadinya gagal panen. Resiko ini sangat berefek pada perekonomian warga desa tentunya, tak lain untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya.

Hal yang menjadi fokus dalam bertani saat ini ialah mengupayakan adanya pembacaan kondisi iklim melalui teknologi yang berkembang yang disandingkan dengan pengetahuan lokal untuk dijadikan dasar penentuan musim tanam. Selanjutnya, boleh dilakukan dengan mengganti bibit unggul yang mampu beradaptasi terhadap perubahan iklim, serta memperbaiki sistem irigasi agar tidak terjadi penumpukan sedimentasi yang berpotensi mempercepat terjadinya banjir.

Beberapa petani juga telah menerapkan sistem pertanian organik yang tidak membutuhkan banyak air dan juga pestisida. Ada juga yang menerapkan pengelolaan lahan berbasis agroforestry (wanatani) yang menggabungkan antara tanaman kehutanan dan pertanian. Contohnya, seperti kopi yang dinaungi pepohonan damar, pinus dan lainnya.

2) Pengelolaan Hutan Berkelanjutan

Kebutuhan manusia akan sumber daya hutan sudah dapat dipastikan tidak terbatas. Tahun ke tahun, hutan semakin berkurang akibat adanya perambahan, illegal loging (penebangan tanpa ada izin), bencana alam. Tentunya, hal ini sangat memberikan dampak besar bagi manusia, khususnya warga desa yang tinggal dalam dan sekitar kawasan hutan.

Dengan menerapkan pengelolaan hutan yang berkelanjutan, seperti menjaga kelestarian hutan dengan tidak melakukan penebangan pohon, melakukan penanaman, bahkan pengelolaan hutan melalui program perhutanan sosial.

Saat ini, beberapa kelompok tani hutan telah berupaya melakukan penjagaan hutan seperti pelarangan kepada warga untuk memanfaatkan didalam zona inti pada kawasan hutan. Tak hanya itu, pelarangan penggunaan pestisida pun diterapkan. Bahkan, pemerintah juga membangun sinergitas melalui Kelompok Kerja Percepatan Perhutanan Sosial sebagai bentuk kerjasama antar instansi untuk berperan aktif dalam perbaikan hutan.

3) Efisiensi Penggunaan Air

Sudah tak dapat dipungkiri, kebutuhan akan air menjadi prioritas bagi makhluk hidup. Namun, ketika terjadi hujan yang berkepanjangan air sangat melimpah, begitu pula sebaliknya ketika musim kemarau berkepanjangan, kesulitan akan air sering dirasakan banyak masyarakat. Tentunya, dengan menerapkan penggunaan air secukupnya akan memberikan kestabilan saat memasuki musim kemarau. Baik untuk dimanfaatkan kehidupan sehari-hari, bahkan untuk sektor pertanian.

4) Penggunaan Energi Terbarukan

Saat ini, telah banyak inovasi dan teknologi akan energi terbarukan yang dikembangkan lebih ramah lingkungan. Misalnya, beberapa wilayah telah mengupayakan akan kemandirian energi lokal seperti pembangkit listrik tenaga air/surya.

Penggunaan akan teknologi yang lebih ramah lingkungan dengan memanfaatkan air maupun surya (sinar matahari) setidaknya meminimalisir penggunaan bahan bakar fosil dan mengurangi polusi yang dihasilkan.

5) Penerapan Pola Hidup Sehat

Sejatinya hidup yang sehat tentunya menjadi keinginan semua manusia. Namun, beberapa kurun waktu terakhir munculnya penyakit-penyakit jenis baru justru sangat mengancam kehidupan manusia. Dengan melakukan olahraga yang intensif, makan teratur, dan konsumsi buah-buahan serta vitamin. Dengan melakukan hal tersebut, maka imunitas yang terbangun dalam tubuh kita akan semakin kuat, sehingga penyakit tidak dapat menyerang tubuh kita.

6) Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Manusia

Kapasitas Sumber Daya Manusia yang terbangun hingga saat ini masih sangat diperlukan adanya inovasi restorasi dalam penjajakan ilmu pengetahuan dan keahlian. Dengan memberikan peluang bagi masyarakat untuk mengenyam pendidikan, terfasilitasi untuk pengembangan keterampilan, maka akan mendorong meningkatnya kualitas SDM kita tentunya. Maka dari itu, sangat penting untuk memberikan peluang masyarakat untuk meningkatkan kapasitasnya, baik dari segi pengetahuan maupun keterampilannya.

7) Penyusunan Rencana Tata Ruang Adaptif

Menata Ruang secara keseluruhan sudah tentu menjadi hal yang wajib bagi pemerintah. Rencana Tata Ruang yang telah dibuat sebelumnya sudah sewajarnya untuk mempertimbangkan aspek lingkungan. Namun, dalam perjalanannya beberapa kondisi yang terjadi mengubah penataan tersebut, namun belum mempertimbangkan bagaimana pengaruh perubahan iklim saat ini. Maka dari itu, untuk penataan ruang wilayah ini sangat membutuhkan kajian-kajian lingkungan yang relevan sehingga dalam implementasi perencanaan yang telah dibuat akan berbuah hasil yang maksimal. Karena saat ini kondisi krisis iklim sangat mempengaruhi seluruh sektor, baik pertanian, perkebunan maupun kehutanan, bahkan parahnya telah memberikan dampak bagi permukiman (banjir). Sehingga sudah menjadi keharusan untuk lebih mempertimbangkan kembali rencana yang adaptif.

8) Penerapan Budidaya Perairan Adaptif

Budidaya perairan sebagai mata pencaharian warga seperti udang, ikan dan lainnya. Akan tetapi, dibeberapa wilayah hasil budidaya tambak banyak menuai penurunan produktivitas. Selain itu, hasil budidaya tambak pun mengalami kerdil. Hal ini sangat dipengaruhi oleh cuaca yang sangat mempengaruhi kondisi air pada tambak, parahnya kematian hasil tambak juga dipengaruhi oleh tidak adanya angin (yang melintasi tambak milik warga).

Salah satu model adaptasi yang telah marak dilakukan ialah dengan menggunakan kincir angin sebagai alternatif menghadirkan angin, revitalisasi tambak dengan melakukan pergantian air, semakin asin akan semakin baik untuk komoditi yang dibudidayakan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *